PERILAKU KONSUMEN ISLAMI
MAKALAH
1. Rumusan Masalah
Bagaimana Perilaku Konsumen Islami?
Fungsi kesejahteraan dan Utilitas oleh imam Al-Ghazali ?
Apa sajakah Faktor-faktor dan Prinsip-prinsip Konsumen Islami?
2. Pembahasan
Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya (resources) yang dimiliki sesuaidengan syariat islam.Perilaku konsumen juga merupakan aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001).perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Fungsi Kesejahteraan dan Utilitas oleh Imam Al-Ghazali
Seorang ulama besar, Imam Al-Ghazali telah memberikan sumbangan yang besar dalam pengembangan dan pemikiran di dunia Islam.Sebuah tema yang menjadi pangkal tolak sepanjang karya-karyanya adalah konsep maslahat, atau kesejahteraan sosial atau utiliti (kebaikan bersama)..[1] Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar:
(1) agama (al-dien);
(2) hidup atau jiwa (nafs);
(3) keluarga atau keturunan (nasl);
(4) harta atau kekayaan (maal); dan intelek atau akal (aql). Ia menitik beratkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, “kebaikan dunia ini adalah akhirat (maslahat al-din wa al-dunya) merupakan tujuan utamanya.[2]
Selanjutnya ia mengidentifikasi mengapa seseorang harus melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi:
(1) mencukupi kebutuhan hidup yang brsangkutan;
(2) mensejahterakan keluarga;
(3) membantu orang lain yang membutuhkan tidak terpenuhinya ketiga alasn ini dapat “dipersalahkan” menurut agama.[3]
Walaupun Ghazali memandang manusia sebagai “maximize” atau selalu ingin lebih, ia tidak melihat kecenderungan tersbut sebagai sesuatu yang harus dikutuk oleh agama.
Fungi Utility ( Nilai Guna)
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve).Biasanyayang digambarkan adalah utility function antara dua barang (jasa) yang keduanya memang disukai oleh konsumen.
Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional:
Completeness (kelengkapan)
Aksioma ini mengatakan bahwa setip individu selalu dapat menetukan keadaan mana yang lebih disukai di antara dua keadaan. Bila A dan B adal du keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menetukn secar tepat satu diatr tiga kemungkinan ini:
A lebih disukai dari pada B
B lebih disukai dari pada A
A dan B sama menariknya
Transivity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengataka “A lebih disukai dari pada B”, dan “B lebih disukai dari pada C”, maka ia pasti akan mengatakan bahawa “A lebih disukai dari pada C.” Aksioma in sebenarnya untuk memastikan adanya konsistensi internal di dalam diri individu dalam mengambil keputusn.
Continuity ( Kelancaran)
Aksioma ini menjelaskan bahwa seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari pada B”, maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai dari pada B.
Ketiga asumsi ini dapat kita terjemahkan ke dalam bentuk geometris yang lebih sering kita kenal dengan kurva indiferen (selanjutnya kita tulis IC).[4]
Kurva Indifference dengan Utility Berbeda |
|
Gabungan yang digambarka oleh kurva yang berada di bawah kurva yang pertama adalah lebih sedikit jumlahnya. Ini berarti kepuasan lebih sedikit yang diperoleh.
Gabungan yang digambarkan oleh kurv yang berada di atas kurva yang pertama adalah lebih banyak jumlahnya. Maka kepuasan dari mengkonsumsinya lebih banyak.[5]
Tingkat Substitusi Marginal
Tingkat subtitusi marginal merupakan jumlah sesuatu barang yang perlu diturunkan konsumsinya untuk memperoleh satu unit barang lain yang akan ditambah konsumsinya.[6]
Halal dan Haram
Sifat setiap komoditas tidak sama, yakni ada yng halal dan ada pula yang haram. Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika ia mengkonsumi lebih banyak barang yang bermanfaat, halal dan mengurangi mengkonsumsi barang yang buruk atau haram dalam Islam sudah jelas dan cukup rinci mengklasifikasikan mana yang barang halal dan mana barang yang buruk. Islam juga melarang untuk mnghalalkan apa yang sudah ditetapkan haram dan mengharamkan apa-apa yang sudah apa-apa yang sudah menjadi halal.[7]
“Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” QS Al-Maa’idah [5];87-88)
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen, Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang konsumen sebagai berikut:
Ras, kelompok bagi para aggotanya. Ketika sub-besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang pemasaran yang cermat budaya, sub-budaya, dan kelas social sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk pling dasar.Anak-anak yangm sedang tumbuh menapakan seperangkat nilai, persepsi, prefensi dan perilaku dari keluarga danlembaga-lembaga penting lainnya.Masing-masing budaya tediri dari sub-budaya yang lebih menampakkan identifkasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama budaya menjadi disna.
Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial.Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status social seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok social yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Msing-masing peran menghasilkan status.
Faktor Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup konsumen.
Faktor Psikologis
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.
2.Prinsip-Prinsip Konsumsi dalam Islam
Menurut Manan, ada 5 prinsip konsumsi dalam islam :
Prinsip Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang halal dan tidak dilarang hukum.
Prinsip Kebersihan, makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Prinsip Kesederhanaan, prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan minuman yang tidak berlebihan Firman Allah dalam QS : Al-A’raaf :31
Prinsip kemurahan hati, dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhannya. Firman Allah dalam QS : Al-Maidah : 96
Prinsip moralitas, seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adimarwan A., Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
Sukirno, Sadono, Teori Pengantar Mikro Ekonomi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
[1] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam. edisi Ketiga hlm. 61.
[2] Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin. dalam Adirawan A. Karim, ekonomi Mikro Islam.
[3]Abu Hamid Al-Ghazali, op-cit.,dalam Adirawan A. Karim, ekonomi Mikro Islam, halm. 63.
[4] Adiwarman A. Karim, ekonomi Mikro Islam, halm.64-65.
[5] Sadono Sukorno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi, hlm. 173.
[6]Ibid, halm. 184.
[7]Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, halm.68.